DEFINISI
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang
terjadi karena kenaikan suhu tubuh (suhu rectal diatas 38° C) yang disebabkan
oleh suatu proses ekstrakranium tanpa adanya infeksi system saraf pusat,
gangguan elektrolit atau metabolik lain.
Kejang demam biasanya
terjadi pada anak-anak yang berusia antara 6 bulan-5 tahun dan jarang terjadi sebelum usia 6 bulan maupun sesudah 3 tahun.
terjadi pada anak-anak yang berusia antara 6 bulan-5 tahun dan jarang terjadi sebelum usia 6 bulan maupun sesudah 3 tahun.
Kejang disertai demam pada bayi usia < 1
bulan bukan merupakan kejang demam.
Kejang demam maksimal terjadi 16 jam setelah
timbul demam.
Kejang yang didahului demam dan dialami anak
< 6 bulan atau > 5 tahun pikirkan:
1. infeksi SSP
2. epilepsi yang terjadi
bersamaan dengan kejang
ETIOLOGI
Penyebab yang pasti dari terjadinya kejang demam
tidak diketahui. Disebabkan oleh suhu yang tinggi . Kejang demam cenderung
ditemukan dalam satu keluarga, sehingga diduga melibatkan faktor keturunan (faktor
genetik). Kadang kejang yang berhubungan dengan demam disebabkan oleh
penyakit lain atau timbul pada permulaan penyakit infeksi
extracranial
PATOFISIOLOGI
Belum jelas, kemungkinan dipengaruhi
faktor keturunan atau genetik.
Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1º C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10-15% dan peningkatan kebutuhan oksigen sampai 20%. Jadi pada kenaikan suhu tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi ion Kalium dan Natrium melalui membran sel, dengan akibat lepasnya muatan listrik yang demikian besar sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun ke membran sel sekitar dengan bantuan neurotransmitter dan terjadilah kejang. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah kenaikan suhu sampai 38 C sudah terjadi kejang, namun pada anak dengan ambang kejang yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu diatas 40 C.
Kejang demam yang berlangsung singkat
umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang demam
yang berlangsung lama (>15 menit) biasanya disertai dengan apneu,
meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang
mengakibatkan hipoksemia, hiperkapnea, dan asidosis laktat.
Faktor yang terpenting adalah gangguan
peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga berakibat meningkatnya
permeabilitas vascular dan udem otak serta kerusakan sel neuron. Kerusakan anatomi dan fisiologi yang
bersifat menetap bisa terjadi di daerah medial lobus temporalis setelah ada
serangan kejang yang berlangsung lama. Hal ini diduga kuat sebagai faktor yang
bertanggung jawab terhadap terjadinya epilepsi
GEJALA KLINIS
Ada 2 bentuk kejang demam (menurut Livingstone), yaitu:
1. Kejang demam sederhana (Simple
Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala klinis sebagai berikut :
Ø Kejang berlangsung singkat,
< 15 menit
Ø Kejang umum tonik dan atau
klonik
Ø Umumnya berhenti sendiri
Ø tidak berulang dalam satu periode demam
2. Kejang demam kompleks (Complex
Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala klinis sebagai berikut :
Ø Kejang lama > 15 menit
Ø Kejang fokal atau parsial satu
sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial
Ø Berulang atau lebih dari 1
kali dalam satu periode demam.
PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS
Anamnesis:
Ø Adanya kejang,
jenis kejang, kesadaran dan lamanya kejang.
Ø Suhu sebelum
atau saat kejang
Ø Frekuensi
dalam 24 jam atau dalam satu periode demam
Ø Keadaan paska
kejang
Ø Penyebab demam
diluar infeksi SSP : ISPA, otitis media
Ø Singkirkan
penyebab kejang yang lain
Ø biasanya
didapatkan riwayat kejang demam pada anggota keluarga yang lainnya (ayah, ibu, atau
saudara kandung).
Pemeriksaan fisik:
Ø kesadaran
Ø suhu tubuh
Ø tanda rangsang meningeal
Ø tanda peningkatan tekanan
intrakranial
Ø tanda infeksi diluar SSP
Pemeriksaan Neurologis : tidak didapatkan kelainan.
Pemeriksaan Laboratorium :
Pemeriksaan rutin tidak
dianjurkan, kecuali untuk mengevaluasi sumber infeksi atau mencari penyebab (darah
tepi, elektrolit, dan gula darah).
Pemeriksaan Radiologi :
X-ray kepala, CT scan kepala
atau MRI tidak dianjurkan pada anak tanpa kelainan neurologis dan hanya dikerjakan atas
indikasi, yaitu:
1. Kelainan neurologis fokal,
kemungkinan lesi struktural diotak
2. Terdapat tanda peningkatan
tekanan intrakranial
Pemeriksaan cairan serebrospinal (CSS)
:
Tindakan pungsi lumbal untuk pemeriksaan CSS dilakukan
untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis. Pada bayi kecil, klinis
meningitis tidak jelas, maka tindakan pungsi lumbal dikerjakan dengan ketentuan
sebagai berikut :
Ø Bayi < 12 bulan :
diharuskan.
Ø Bayi antara 12 – 18 bulan :
dianjurkan.
Ø Bayi > 18 bulan : tidak
rutin, kecuali bila ada tanda-tanda meningitis.
Pemeriksaan Elektro Ensefalografi
(EEG) :
Tidak direkomendasikan,
kecuali
pada kejang demam yang tidak khas, misalnya kejang demam kompleks pada anak
usia > 6 tahun atau kejang demam fokal.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan kejang demam meliputi
:
Ø Penanganan pada saat kejang
Pemberian diazepam rektal, dosis:
- 5 mg untuk anak < 3 tahun
7,5 mg untuk anak
> 3 tahun
- 5 mg untuk anak BB < 10 kg
10 mg untuk anak BB
> 10 kg
- 0,5-0,7 mg/kgbb/kali
Ø Turunkan demam :
Anti Piretika : Paracetamol 10
mg/KgBB/dosis PO atau Ibuprofen 5 – 10 mg/KgBB/dosis PO, keduanya diberikan 3 –
4 kali per hari.
Kompres : suhu > 39° C dengan air hangat, suhu > 38° C dengan air biasa.
Kompres : suhu > 39° C dengan air hangat, suhu > 38° C dengan air biasa.
Ø Pengobatan penyebab :
antibiotika diberikan sesuai indikasi dengan penyakit dasarnya.
Ø Penanganan suportif lainnya
meliputi : bebaskan jalan nafas, pemberian
oksigen, menjaga keseimbangan air dan elektrolit, pertahankan
keseimbangan tekanan darah.
oksigen, menjaga keseimbangan air dan elektrolit, pertahankan
keseimbangan tekanan darah.
Pencegahan Kejang
1. Pencegahan berkala (
intermiten ) untuk kejang demam sederhana dengan
Diazepam 0,3 mg/KgBB/dosis PO dan anti piretika pada saat anak
menderita penyakit yang disertai demam.
Diazepam 0,3 mg/KgBB/dosis PO dan anti piretika pada saat anak
menderita penyakit yang disertai demam.
2. Pencegahan kontinu untuk
kejang demam komplikata denganAsam Valproat 15– 40
mg/KgBB/hari PO dibagi dalam 2 – 3 dosis.
PROGNOSIS
Dengan penanggulangan yang tepat dan
cepat prognosa baik dan tidak
menyebabkan kematian. Apabila tidak diterapi dengan baik, kejang demam dapat berkembang menjadi :
menyebabkan kematian. Apabila tidak diterapi dengan baik, kejang demam dapat berkembang menjadi :
Ø Kejang demam berulang
Ø Epilepsi
Ø Kelainan motorik
Ø Gangguan mental dan belajar
Faktor
resiko tinggi menderita epilepsi, jika:
Ø kejang demam kompleks
Ø kelainan neurologis
Ø riwayat epilepsi dalam
keluarga
Faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya kejang demam berulang:
Ø Usia ketika pertama kali
terserang kejang demam (kurang dari 15 bulan)
Ø Sering mengalami demam
Ø Riwayat keluarga yang juga
menderita kejang demam.
Ø Jika kejang terjadi segera
setelah demam atau jika suhu tubuh relatif rendah, maka besar kemungkinannya
akan terjadi kembali kejang demam.
No comments:
Post a Comment